Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.

Kendalikan Grogi Anda menjadi Energi Positif

on Kamis, 23 Desember 2010


Siapa di antara kita yang tidak pernah mengalami perasaan grogi? Kalau mau jujur, setiap orang pasti pernah merasakan pengalaman tersebut. Dalam berbagai kesempatan, sensasi ini kerap muncul dan mewarnai perjalanan hidup kita. Misalnya, banyak orang yang mengaku pernah mengalami grogi ketika hendak menyatakan cinta kepada seseorang. Atau ketika harus berbicara di depan banyak orang. Apalagi ketika bertanding di hadapan ratusan bahkan ribuan penonton. Grogi merupakan hal yang wajar dan lumrah. Lebih hebatnya lagi, itulah yang membuat kita tetap menjadi manusia normal. Bukan mesin atau batu yang tidak berperasaan. 

Kenapa Bisa Muncul Grogi?
Grogi sebenarnya termasuk dalam kelompok emosi takut dan khawatir. Takut gagal, dan khawatir tidak dapat melakukan sesuatu dengan sempurna. Masih ditambah lagi dengan adanya unsur malu serta tidak percaya diri. Benar-benar suatu sensasi emosi yang - sebenarnya - indah. Yang menarik adalah bahwa grogi ini hanya akan muncul jika kita menganggap bahwa hal yang akan kita lakukan tersebut sangat penting. Bandingkan saat kita menempel cock dalam sebuah pertandingan, terutama saat poin-poin kritis. Ada beban emosi tertentu disitu, takut melakukan kesalahan, lalu gagal dan kalah. Sementara saat latihan biasa, kita dapat melakukan tempelan-tempelan itu dengan santai. Karena tidak ada ketakutan untuk melakukan kesalahan. Jadi sebenarnya Anda justru harus grogi menghadapi suatu pertandingan, karena itu berarti Anda menganggap pertandingan itu suatu hal yang penting untuk dimenangkan. 

Jadi, Grogi Itu Kawan atau Lawan?
Grogi, seperti juga halnya emosi-emosi yang lain, bisa saja menjadi hal yang positif, tapi juga bisa menjadi hal yang negatif. Semuanya tergantung bagaimana kita menyikapinya. Ada beberapa sikap yang kurang menguntungkan sehubungan dengan grogi ini. Pertama, Sikap Mengingkari atau sikap tidak mau mengakui bahwa kita memang sedang grogi. Perlu kita pahami, baik kita akui atau tidak, jika kita memang sedang grogi, ya grogi. Grogi tidak akan lenyap hanya dengan kita ingkari keberadaannya. Malahan kita akan kehilangan simpati dan dukungan dari rekan-rekan kita, jika kita terus mengingkarinya, padahal semua orang bisa melihat bahwa kita sedang grogi. Kedua, Sikap Menyerah pada rasa grogi. Biasanya, sikap kedua inilah yang banyak diambil oleh orang-orang. Mereka membiarkan rasa grogi ini menguasai dirinya, sehingga energinya banyak tersedot dan akhirnya tidak mampu melakukan tugasnya dengan sempurna, pikiran jadi kosong, susah berkonsentrasi, dan tubuh pun tidak dapat digerakkan persis seperti yang kita inginkan.

Lalu, Apa Solusinya?
Ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk menyikapi rasa grogi ini. Pertama, berdamailah dengan rasa grogi Anda. Artinya, Anda menerima dan mengakui bahwa Anda sedang grogi. Buanglah jauh-jauh pendapat bahwa seorang atlet yang hebat tidak akan pernah merasa grogi. Evander Hollyfield, mantan juara dunia tinju sekalipun berani mengakui bahwa dia selalu grogi menjelang naik ke atas ring. Oleh karena itu, dia selalu bernyanyi dan berjoged sendiri sebelum bertanding. Aktivitas ini membantunya menurunkan ketegangan pikirannya, karena pada dasarnya emosi adalah energi, jadi harus disalurkan. Ada yang berusaha mengurangi grogi dengan makan permen manis, ada yang dengan cara bercanda bersama teman-temannya, ada pula yang berteriak-teriak. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menurunkan kadar grogi. Kita bisa memilih sendiri cara yang paling cocok untuk kita. Yang jelas, tidak perlu merasa gengsi, lalu berusaha berbohong dan menutupinya, karena hal itu akan membuat beban mental kita menjadi semakin berat.
Tips kedua adalah dapatkan sebanyak mungkin simpati dan dukungan. Rasa grogi akan semakin mengganggu ketika kita merasa sendirian. Sebaiknya, beban mental itu akan menjadi lebih ringan ketika kita membaginya dengan orang lain. Kebanyakan orang ketika sedang grogi malah menjadi sepaneng, seperti memakai kaca mata kuda. Mereka merasa semua mata memandang dirinya, dan mencari kesalahannya, lalu mulai menjadi salah tingkah. Akan lebih baik apabila pada saat itu kita membuka koneksi dengan orang lain, sehingga tercipta kehangatan dengan lingkungan sekitar. Membuka koneksi ini dapat dilakukan dengan cara bercerita dengan jujur kegrogian kita kepada rekan tim dan pelatih, dan minta mereka memberi dukungan. Bisa juga dilakukan dengan cara memberi salam atau menyapa para penonton, tindakan ini menunjukkan kerendahan hati kita. Perlu diingat, orang-orang lebih suka memberikan dukungan kepada orang yang lebih rendah hati, daripada yang sombong. Bahkan jika memungkinkan, kita juga bisa menyapa lawan tanding kita. Tindakan yang unik ini akan mendatangkan banyak simpati dari berbagai pihak.
Kalau tips pertama dan kedua masih kurang manjur, maka tips ketiga adalah menggunakan kekuatan mental kita. Kekuatan mental yang dimaksud di sini adalah keyakinan dan keinginan untuk menang. Yakinlah bahwa selama pertandingan belum selesai, siapapun punya kesempatan untuk menang. Apalagi dalam pertandingan bulutangkis yang tidak dibatasi oleh waktu, kesempatan masih terbuka lebar untuk meraih angka demi angka. Keinginan untuk menang juga bisa sangat membantu. Bayangkan hal-hal yang menyenangkan yang akan terjadi seandainya kita berhasil memenangkan pertandingan itu.
Rekan-rekan bulutangkis mania, tips-tips ini hanya akan menjadi tips belaka, jika kita tidak pernah mencoba dan melatihnya. Sebagai atlet, rekan-rekan punya banyak kesempatan untuk mencobanya. Mengalami grogi tatkala menghadapi suatu pertandingan adalah hal yang wajar, siapa pun akan mengalaminya, termasuk juga lawan tanding kita. Dan walaupun keterampilan dan teknik bermain punya peranan yang sangat penting, tapi siapapun yang lebih mampu mengendalikan rasa groginya, dialah yang akan mengendalikan jalannya pertandingan. Oleh karena itu... grogi, so what gitu loh??!!??

0 komentar:

Posting Komentar

© Copyright by Biology Education | Template by BloggerTemplates | Blog Trick at Blog-HowToTricks